watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MEMEK BASAH AYU TING TING
<

Kisah ini terjadi
sekitar tiga bulan setelah Ayu Ting Ting
mengalami mimpi buruknya dengan Imron, si
penjaga kampus bejat itu. Saat itu adalah lima hari
menjelang Lebaran, Ayu Ting Ting sudah tiga hari
di rumah tanpa orang tuanya karena keduanya
sedang ke luar kota menghadiri pernikahan famili.
Tinggallah dia di rumah yang besar itu dengan
dua orang pembantunya Mbak Jum dan Mbak
Narti serta seorang tukang kebun tua, Pak Gito.
Sebenarnya ada seorang pembantu lagi, Mbak
Milah tapi dia sudah minta ijin mudik sehari
sebelum kedua orang tuanya berangkat. Hari itu
jam sepuluh pagi, Mbak Jum dan Narti pun
berpamitan pada Ayu Ting Ting untuk mudik,
Ayu Ting Ting sebelumnya memang sudah
diberitahu hal ini oleh mamanya dan dititipi
sejumlah uang untuk mereka. Maka Ayu Ting
Ting pun menyerahkan kedua amplop berisi uang
itu kepada mereka sebelum mereka
meninggalkannya.
“Cepetan balik yah Mbak, saya sendirian nih
jadinya !” pesan Ayu Ting Ting.
“Non nggak usah takut kan disini masih ada Pak
Gito, oh iya makanan buat siang nanti Mbak udah
siapkan di meja, kalau dingin masukin oven aja
yah” kata Mbak Narti. Akhirya kedua wanita
itupun berangkat. Ayu Ting Ting sebenarnya agak
risih di rumah hanya berdua dengan Pak Gito,
apalagi masih belum hilang dari ingatannya
kenangan pahit diperkosa mantan sopirnya,
Nurdin dulu.
Dia ingin memanggil pacarnya Frans untuk
menemaninya, namun sayang pemuda itu baru
berangkat bersama keluarganya ke Singapura
kemarin. Namun dia agak lega karena
menurutnya Pak Gito bukanlah pria berbahaya
seperti mantan sopirnya itu, dia adalah pria
berusia lanjut, 67 tahun dan orangnya cukup
sopan, kalau berpapasan selalu menyapanya
walaupun seringkali Ayu Ting Ting cuek karena
sedang buru-buru atau tidak terlalu
memperhatikan. Ia baru bekerja di rumah
mewah itu sebulan yang lalu menggantikan
tukang kebun sebelumnya, Pak Maman yang
mengundurkan diri setelah istrinya di kampung
meninggal. Setelah mengantarkan kedua
pembantunya hingga ke pagar, Ayu Ting Ting
kembali ke dalam dan masuk ke kamarnya.
Di sana dia mengganti bajunya dengan baju
fitness yang seksi, atasannya berupa kaos hitam
tanpa lengan yang menggantung ketat hingga
bawah dada sehingga memperlihatkan perutnya
yang seksi, belum lagi keketatannya menonjolkan
bentuk dadanya yang membusung indah,
sementara bawahannya berupa celana pendek
yang membungkus paha hingga sepuluh centi
diatas lutut. Setelah mengikat rambutnya ke
belakang, dia segera turun ke bawah menuju
ruang fitness di belakang rumah. Ruang itu
berukuran sedang dengan dilapisi karpet kelabu,
beberapa peralatan fitness tersedia disana seperti
treadmill, training bike, perangkat multi gym,
hingga yang kecil-kecil seperti abdomenizer dan
barbel. Ruang fitness keluarga ini memang cukup
lengkap, disinilah Ayu Ting Ting sering
berolahraga menjaga kebugaran dan bentuk
tubuhnya.
Sebelum mulai berolah raga Ayu Ting Ting
menyalakan CD playernya dan terdengarlah
musik R&B mengalun dari speaker yang
terpasang pada dua sudut ruangan itu. Ayu Ting
Ting memulai latihan hari itu dengan treadmill,
kira-kira dua puluh menit lamanya dia berjalan di
atas papan treadmill itu lalu dia berpindah ke
perangkat multi gym. Disetelnya alat itu menjadi
mode sit up dan mulailah dia mengangkat-angkat
badannya melatih perut sehingga tidak heran jika
dia memiliki perut yang demikian rata dan mulus.
Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh gadis
itu, dari kening dan pelipisnya keringatnya
menetes-netes. Tiba-tiba Ayu Ting Ting merasa
dirinya ada yang sedang mengawasi, dia
melayangkan pandangannya ke arah pintu geser
yang setengah terbuka dimana dilihatnya Pak
Gito, si tukang kebun itu sedang berdiri
memandangi dirinya.
“Heh…ngapain Bapak disitu !?” hardik Ayu Ting
Ting yang marah atas kelancangan Pak Gito yang
masuk diam-diam itu.
“Nggak Non, abis nyiram tanaman aja kebetulan
lewat sini ngeliat Non lagi olahraga” jawab pria itu.
“Ga sopan banget sih, masuk diem-diem gitu,
keluar !!” bentak Ayu Ting Ting sambil
menundingnya.
Ayu Ting Ting mulai merasa tidak enak dan takut
ketika melihat pria tua itu bukannya pergi malah
diam saja menatap padanya lalu
mengembangkan senyum. Tidak, peristiwa
seperti dulu tidak boleh terjadi lagi demikian pikir
Ayu Ting Ting, lagipula dia hanya seorang pria
tua, bisa apa dia terhadapnya, seburuk-buruknya
kemungkinan pun paling melarikan diri dan si tua
itu tidak mungkin tenaganya cukup untuk
mengejar.
“Bapak mulai kurang ajar yah” Ayu Ting Ting
marah dan berdiri menghampirinya, “denger gak
tadi saya bilang keluar !?”
“Keluar ya keluar Non, tapi ngomongnya baik-
baik dikit dong, dasar lonte” kata Pak Gito.
Kedua kata umpatan terakhir itu memang
diucapkan Pak Gito dengan suara kecil, namun
Ayu Ting Ting dapat mendengarnya sehingga
kontan darahnya pun semakin naik.
“Hei…omong apa tadi ?! Keluar sana, cepat beresin
barang Bapak, Bapak saya pecat sekarang juga,
dasar orang tua ga tau diri !” Ayu Ting Ting
membentaknya dengan sangat marah.
Pak Gito tentu saja kaget karena umpatannya
terdengar sehingga memancing kemarahan nona
majikannya itu, tapi sebentar saja senyumnya
mengembang kembali.
“Lho kenapa emangnya Non, emang bener kan
kata saya tadi, sama penjaga kampus dan sopir
aja Non mau kan ?” ujarnya enteng.
Mendengar itu Ayu Ting Ting langsung merasa
seperti ada belati dilempar tepat mengenai
dadanya, dia langsung mati kutu dan terdiam
selama beberapa detik, rasa takut pun mulai
melingkupi dirinya.
“Jangan ngomong sembarangan yah, saya
telepon papa atau polisi kalau perlu kalau Bapak
macam-macam !” gertaknya sambil menutupi
kegugupan.
“Ya silakan Non, telepon aja, ntar juga saya
laporin Non pernah ada main sama si Nurdin
dulu, terus sama penjaga kampus Non juga”
Kemudian pria tua itu mulai menjelaskan
bagaimana dia mengetahui skandal-skandal seks
gadis itu yang ternyata didapatnya dari Nurdin,
mantan sopirnya, yang juga tidak lain adalah
keponakan pria itu.
Ayu Ting Ting diam seribu bahasa, rasanya
lemas sekali membayangkan apa yang akan
terjadi selanjutnya. Pak Gito lalu mendekati Ayu
Ting Ting yang berdiri terpaku, tangan keriputnya
memegang kedua lengannya yang mulus. Ayu
Ting Ting tidak bereaksi, batinnya mengalami
konflik, dia sama sekali tidak ingin melayani nafsu
pria seusia kakeknya ini, namun apa daya karena
pria ini telah mengetahui aibnya yang dipakainya
sebagai alat mengintimidasinya. Tangan pria itu
mulai membelai lengannya sehingga
menyebabkan bulu kuduk gadis itu serentak
berdiri merasa geli dan jijik. Tangan kanannya
naik membelai pipinya lalu ke belakang kepalanya
menarik ikat rambutnya sehingga tergerailah
rambut indahnya yang seminggu lalu baru
diluruskan dan dihighlight kemerahan.
“Cantik, bener-bener cantik !” gumam Pak Gito
mengagumi kecantikan Ayu Ting Ting, “Cuma
sayang sifatnya jelek !” sambungnya sambil
mendorong tubuh gadis itu hingga jatuh
tersungkur di lantai berkarpet.
“Aaaww !” jerit Ayu Ting Ting, namun sebelum
dia sempat bangkit pria itu telah lebih dulu meraih
kedua lengannya, mengangkatnya ke atas kepala
dan mengunci kedua pergelangannya dengan
tangan kiri sementara tangan kanannya menyibak
kaos fitnessnya sehingga payudaranya yang
putih montok berputing kemerahan itu terekspos.
Mata Pak Gito melotot seperti mau copot melihat
keindahan kedua gunung itu. Tatapan mata itu
membuat Ayu Ting Ting bergidik melihatnya.
“Dasar anak jaman sekarang, udah jadi lonte aja
masih suka belagu !” kata Pak Gito sambil
meremas payudara kirinya dengan gemas. “Tau
gak, Bapak sebenernya kasian ngedenger si
Nurdin cerita tentang Non itu, saya sempat tegur
dia, terus saya pikir Non juga udah bertobat, tapi
selama saya kerja disini ternyata masih gitu-gitu
aja. Non tetap sombong dan suka marah-marah
ke pembantu seperti kita, emang Non pikir kita ini
apa sih !?” pria itu dengan keras memarahinya.
“Jangan Pak, jangan begitu !” kata Ayu Ting Ting
dengan suara bergetar.
Sementara Pak Gito terus mengagumi kedua
payudara Ayu Ting Ting yang menggemaskan
itu, tangan kanannya terus berpindah-pindah
meremasi kedua payudara itu. Ayu Ting Ting
sendiri menggeliat-geliat dan meronta tapi
kuncian Pak Gito pada pergelangan tangannya
cukup kuat. Sentuhan tangan keriput itu pada
payudaranya mulai menimbulkan sensasi aneh,
darahnya bergolak dan nafasnya mulai tidak
teratur.
“Cewek kaya Non gini emang harus dikasih
pelajaran biar tau diri dikit, sekalian Bapak juga
mau ngerasain cewek cantik mumpung masih
hidup hehehe !” katanya terkekeh-kekeh.
“Aahh…sshhh….nngghh !” desah Ayu Ting Ting
saat mulut Pak Gito melumat payudaranya,
lidahnya yang panas itu langsung
mempermainkan putingnya yang sudah
mengeras.
Ayu Ting Ting benar-benar tidak berdaya saat itu
karena nikmatnya, dia sudah terbiasa mengalami
pelecehan sejak menjadi budak seks Imron
sehingga nafsunya dengan cepat naik walau
bercampur perasan benci pada orang-orang
yang mengerjainya.
Sambil masih mengunci pergelangan dan
menciumi payudara nona majikannya, pria tua itu
menyusupkan tangan satunya ke celana pendek
itu. Telapak tangannya menyentuh vagina gadis
itu yang ditumbuhi rambut-rambut lebat. Tubuh
Ayu Ting Ting berkelejotan dan mulutnya
mengeluarkan desahan ketika jari-jari pria itu
menyentuh bibir vaginanya dan mulai mengorek-
ngorek liangnya, Ayu Ting Ting merasakan
daerah itu semakin basah saja. Pak Gito
tersenyum puas melihat wajah terangsang Ayu
Ting Ting yang bersemu merah. Merasa Ayu
Ting Ting sudah takluk dan tidak memberontak
lagi, pria itu mulai melepaskan kunciannya pada
pergelangan gadis itu. Setelah melepas
kunciannya tangannya langsung menarik lepas
kaos fitness yang tersingkap itu sehingga
membuat gadis itu topless. Keringat bagaikan
embun membasahi tubuh bagian atasnya hasil
dari fitness barusan. Ayu Ting Ting hanya bisa
pasrah, matanya nerawang menatap langit-langit
sambil sesekali merem-melek menahan nikmat.
Mulut Pak Gito kini merambat naik ke lehernya
sementara kedua tangannya tetap bekerja
meremas payudaranya dan mengobok-obok di
balik celananya. Ayu Ting Ting membuang muka
ketika pria itu mencoba mencium bibirnya, terus
terang dia enggan dicium oleh tua bangka ini,
melihat giginya yang mulai ompong dan hitam-
hitam saja jijik apalagi dicium. Dua kali dia
membuang muka ke kiri dan kanan sampai
akhirnya Pak Gito berhasil memagut bibirnya
yang indah itu.
Dia menggeleng-gelengkan kepala berusaha
lepas, tapi saat itu pria itu menekankan jari
tengahnya pada klitoris yang telah berhasil
ditemukannya sehingga otomatis pemiliknya
mendesah dan mulutnya membuka. Saat itulah
lidah Pak Gito menyeruak masuk dan langsung
menyapukan lidahnya di dalam mulut. Ketika Pak
Gito melumat bibirnya, Ayu Ting Ting
memejamkan mata menahan jijik, betapa tidak
bibir Pak Gito yang sudah berkerut itu sedang
beradu dengan bibirnya yang mungil dan tipis.
Semula dia menanggapi ciuman tukang
kebunnya itu dengan pasif, tapi karena serangan-
serangan pria itu pada daerah lainnya cukup
gencar dan membuat birahinya semakin
bergolak, lidah Ayu Ting Ting mulai ikut bergerak
beradu dengan lidah kasar tukang kebunnya itu.
Selama tiga menit lamanya Pak Gito menindih
tubuh anak majikannya itu sambil menciumi dan
menggerayangi tubuhnya. Pria itu merasakan
jari-jarinya makin basah oleh lendir dari kemaluan
gadis itu. Kemudian Pak Gito melepas ciumannya,
air ludah mereka nampak saling menjuntai ketika
bibir keduanya berpisah. Berikutnya dia menarik
lepas celana pendek Ayu Ting Ting beserta celana
dalamnya. Dia bangkit berdiri tanpa melepaskan
pandangan matanya yang penuh nafsu itu dari
tubuh telanjang nona majikannya. Dia mulai
melepaskan kemeja lusuhnya memperlihatkan
tubuhnya yang hitam kerempeng lalu dia buka
celananya sehingga terlihatlah penisnya yang
sudah tegang, bentuknya lumayan panjang,
pangkalnya ditumbuhi bulu-bulu yang setengah
memutih.
Pak Gito memapah Ayu Ting Ting lalu
membaringkannya di alat sit up, sebuah platform
yang berdiri membentuk sudut 45 derajat
dengan lantai. Pria itu berjongkok di depannya
dan membuka kaki gadis itu. Wajahnya
mendekat hingga berjarak hanya sepuluh centi
dari vagina gadis itu, matanya menatap nanar
kemaluan yang berbulu lebat dengan bagian
tengah yang memerah itu. Ayu Ting Ting
memalingkan wajah ke samping dan
memejamkan mata, dia merasa malu
diperlakukan demikian, namun juga ada seperti
rangsangan aneh yang membuatnya merasa
seksi. Dia bisa merasakan dengus nafas pria itu
menerpa vaginanya dan menambah sensasi
nikmat.
“Ooohh…Paakk !” Ayu Ting Ting mendesah
panjang sambil menggenggam erat pegangan
alat itu ketika lidah Pak Gito menyapu bibir
kemaluannya.
Demikian lihainya mulut ompong Pak Gito
menjilati dan menyedot vagina Ayu Ting Ting
sampai membuat gadis itu menikmatinya. Ayu
Ting Ting mendesis-desis dan kakinya
mengejang, dia mulai berani melihat ke bawah
dimana selangkangannya sedang dijilati dan
dihisap-hisap oleh pria tua itu. Lidah Pak Gito
bergerak dengan lincah, kadang dengan gerakan
lambat, kadang cepat, kadang menjilati memutar
di daerah itu sehingga tanpa disadari Ayu Ting
Ting merasa terbang ke awang-awang, tanpa
disadari tangannya meraih tangan Pak Gito dan
meletakkannya pada payudaranya, tangan keriput
itupun langsung bekerja meremas dan memilin-
milin putingnya.
Setelah setengah jam lebih sedikit, tubuh Ayu
Ting Ting mengejang hebat, cairan orgasme
meleleh dari liang vaginanya.
“Aahh…oohhh…!” Ayu Ting Ting mengerang
panjang dalam orgasme pertamanya dengan si
tukang kebun itu.
Pak Gito sengaja menghentikan jilatannya untuk
mengamati lendir vagina gadis itu yang
membanjir sampai menetes ke lapisan kulit pada
alat fitness itu. Sebuah senyum mesum tergurat
pada wajah tuanya, sepertinya dia senang sekali
berhasil menaklukkan nona majikannya seperti
ini.
“Huehehe…gila banjir gini, Non juga konak yah,
Bapak suka banget sama mem*k Non, hhhmhh…
ssllrrpp !” Pak Gito mengakhiri kata-katanya
dengan menghirup lendir vagina nona
majikannya.
Mulutnya sampai menyedoti bibir vagina gadis itu
sehingga membuat tubuhnya makin mengejang
dan menambah nikmat orgasmenya.
“Hhmm..enak yah rasa pejunya, Bapak udah
lama nggak ngerasain seperti ini !” gumamnya
sambil terus menghirup cairan orgasme Ayu
Ting Ting.
Gairah Ayu Ting Ting dengan cepat bangkit
kembali karena Pak Gito terus menjilati vaginanya
dan melahap cairan orgasmenya hingga habis
menyisakan bercak ludah di daerah selangkangan
gadis itu. Gairah itu menghapus sementara rasa
marah dan jijik yang sebelumnya melingkupinya,
entah mengapa dia kini merasa ingin penis lelaki
tua ini segera menusuk vaginanya.
Jantung Ayu Ting Ting semakin berdebar-debar
ketika kepala penis pria itu menyentuh bibir
vaginanya. Nuraninya menghendaki agar dirinya
memberontak dan kabur, tapi tubuhnya yang
berkata lain malah menggerakkannya untuk
membuka kakinya lebih lebar. Dia melihat jelas
bagaimana penis pria itu memasuki vaginanya
juga ekspresi puas di wajah tuanya karena
berhasil menikmati tubuh gadis cantik yang baru
pernah dirasakan seumur hidupnya.
“Hhsshhh…enngghh…me…mek Non seret…
banget !” gumam tukang kebun itu disela-sela
nafasnya yang memburu.
“Ahhh…Pak Gito…ooohh !” rintih Ayu Ting Ting
menahan nikmat saat penis itu mulai bergerak
menggesek dinding vaginanya.
Pak Gito mulai menggenjoti vagina nona
majikannya itu dengan kecepatan makin
meningkat tapi tidak sebrutal Imron atau sopirnya
dulu karena faktor usia. Pak Gito pun nampaknya
sadar akan hal ini sehingga dia tidak mau
menggenjotnya terlalu cepat agar tidak terlalu
menghamburkan tenaga dan dapat menikmati
kenikmatan langka ini lebih lama. Ayu Ting Ting
sendiri mulai terhanyut oleh gaya Pak Gito yang
khas itu. Tanpa disadari dia menggerakkan tubuh
bagian bawahnya menyambut hujaman-
hujaman penis Pak Gito. Mata pria tua itu
menatap kedua payudaranya yang turut
bergoyang-goyang mengikuti goyangan
tubuhnya sehingga dia tidak bisa menahan diri
untuk tidak menjulurkan tangan kanannya
meremasi benda itu sambil tangan yang satunya
tetap menyangga lutut gadis itu. Ayu Ting Ting
nampak meringis-ringis dan mendesah sambil
sesekali menggigiti bibir bawah atau tangannya
yang terkepal.
“Balik Non, nungging !” perintah pria itu setelah 20
menitan dalam posisi yang sama.
Ayu Ting Ting kini berpijak dengan kedua
lututnya dan tangannya bertumpu pada alat sit-
up itu. Pria itu melebarkan sedikit kakinya lalu
kembali memasukkan penisnya ke liang
senggama gadis itu yang telah licin oleh lendir.
Ayu Ting Ting merasakan sodokan tukang
kebunnya ini kini terasa lebih bertenaga dan lebih
dalam sehingga tubuhnya lebih terguncang
daripada sebelumnya. Sambil menggenjot, kedua
tangan keriputnya juga menggerayangi sepasang
payudara yang menggantung itu. Suara benturan
antara pantat Ayu Ting Ting dengan
selangkangan pria itu bercampur baur dengan
irama musik R&B yang masih mengalun dari CD
player.
“Aarhhh…terus Non, goyang terus !” erang pria
itu dengan suara parau.
Sebagai gadis yang sudah berpengalaman soal
seks, Ayu Ting Ting tahu bahwa bajingan tua ini
sudah mau klimaks. Maka dia pun merespon
dengan menggoyangkan pinggulnya lebih cepat.
Benar saja, tak lama kemudian dia merasakan
adanya siraman hangat di dalam vaginanya. Pria
itu mengerang menikmati spermanya mengisi
rahim anak gadis majikannya tersebut.
Genjotannya makin menurun kecepatannya
hingga akhirnya berhenti dan penisnya tercabut.
Akhirnya pria tua itu duduk berselonjor di lantai
dengan nafas ngos-ngosan. Ayu Ting Ting terlalu
seksi baginya sehingga dia menggenjotnya terlalu
bernafsu di saat-saat terakhir sehingga tenaganya
banyak terkuras.
Ayu Ting Ting buru-buru memunguti pakaiannya
dan keluar dari ruangan itu setelah terlebih dahulu
mematikan cd-player. Dia menatap kesal pada
pria itu ketika melintas di depannya sementara
Pak Gito sendiri hanya tersenyum puas sambil
mengatur nafasnya yang masih putus-putus.
Ayu Ting Ting langsung masuk ke kamarnya dan
membanting pintu serta menguncinya. Kurang
ajar sekali tua bangka ini, marahnya, tidak
disangka si tua itu ternyata adalah paman dari
bekas sopir yang pernah mempecundanginya
dulu. Sekarang dirinya telah jatuh dalam
kekuasaan bajingan tua ini tanpa dapat berbuat
apa-apa karena dia memegang kartu trufnya.
Setelah air di bathtub penuh, Ayu Ting Ting
menaburkan sabun ke dalamnya hingga berbusa
lalu dia masuk ke dalam dan membasuh
tubuhnya dari sisa-sisa persetubuhan. Rasa lelah
dari berolah raga dan persetubuhan tadi
membuatnya merasa ngantuk di dalam air
hangat yang memberi kenyamanan itu sehingga
tanpa terasa dia mulai tertidur di bak. Lebih dari
setengah jam kemudian barulah dia terbangun
karena ponselnya yang diletakkan di pinggir
bathtub berbunyi. Dia segera mengangkat telepon
dari mamanya yang mengabarkan mereka besok
sore baru pulang dan berpesan agar jaga diri di
rumah, dan jangan lupa kunci rumah yang
benar. Betapa dongkolnya Ayu Ting Ting karena
dengan demikian berarti dia tidak bisa melepaskan
diri dari Pak Gito hingga besok dan masih harus
iklas dikerjai orang tua itu.
Diapun bangkit dan keluar dari bak menyudahi
mandinya. Setelah mengeringkan tubuh dengan
handuk dipakainya sebuah kaos longgar warna
biru muda dan celana pendek. Jam telah
menunjukkan pukul setengah dua ketika itu, diluar
sana matahari sedang terik-teriknya. Ayu Ting
Ting merasa perutnya telah berbunyi minta diisi.
Dibukanya pintu sedikit dan melongokkan kepala
keluar melihat keadaan, sepi…Pak Gito sepertinya
sedang di belakang sana. Maka dia pun keluar dari
kamar menuju ruang makan. Setelah menyendok
nasi ke piringnya, dibukanya tudung saji yang
menutupi makanan di atas meja makan dan
diambilnya lauk secukupnya. Sepuluh menit
kemudian, dia pun selesai makan, lalu dibawanya
piring dan gelas bekas itu ke tempat cuci piring.
Selagi mencuci piring, tiba-tiba dia merasa sebuah
tangan mendarat di pantatnya lalu meremasnya.
Spontan diapun membalik badannya dan
menepis tangan itu.
“Kurang ajar !” omelnya dengan wajah cemberut.
“Siang Non, udah bangun yah, asyik kan tadi ?”
goda Pak Gito sambil cengengesan.
Wajah Ayu Ting Ting langsung merah padam
mendengarnya, memang tak dapat dipungkiri
walaupun tindakan pria ini bisa digolongkan
sebagai pemerkosaan dan merendahkan harga
dirinya namun dia sendiri juga menikmatinya.
Ingin rasanya menghantamkan piring di
belakangnya ke kepala tua bangka ini hingga
bocor, tapi nyalinya tidak sebesar itu. Dia hanya
bisa menepis tangan pria itu ketika hendak
meraba dadanya lalu mendengus kesal sambil
melengos meninggalkannya. Tak lama kemudian
terdengar suara pintu dibanting dari kamarnya.
Pak Gito sendiri hanya tertawa-tawa melihat
reaksi nona majikannya itu.
Di kamar Ayu Ting Ting menyetel cd-playernya
keras-keras sambil menyalakan sebatang rokok
untuk melampiaskan kekesalan pada tukang
kebunnya yang brengsek itu. Setelah rokok itu
habis setengah batang, tiba-tiba terdengar
ketukan di pintu. Dia kecilkan sedikit volume cd-
playernya lalu membuka pintu.
“Ngapain lagi sih Pak ?!” ujarnya ketus.
“Waduh…jangan judes gitu dong Non, ini Bapak
cuma konak lagi nginget yang barusan, kita main
lagi dikit yuk Non, mumpung cuma kita duaan
disini” sahut Pak Gito.
“Nggak ah, tadi kan udah…pergi sana !” tolak Ayu
Ting Ting dengan kesal seraya menutup pintu.
“Ayo dong Non jangan gitu ah…sebentar aja, tadi
Bapak belum ngerasain kont*l Bapak dimulut
Non, ayo dong…yah !” Pak Gito menahan pintu
itu dengan setengah memohon dan setengah
memaksa.
Pak Gito membuatnya tidak punya pilihan lain
sehingga akhirnya dengan terpaksa diiyakannya
kemauan pria ini. Dengan berat hati dibiarkannya
pria itu masuk ke kamarnya. Ayu Ting Ting
menghempaskan pantatnya hingga terduduk di
tepi ranjang tanpa melepas pandangan marahnya
pada pria itu. Pak Gito berdiri di hadapannya dan
mulai melepaskan celananya. Setelah celana
panjangnya melorot jatuh, dia mengeluarkan
penisnya yang sudah menegang dari balik celana
dalamnya.
“Ayo Non disepong yang enak !” Pak Gito
menyodorkan penis itu pada nona majikannya.
Walau terbiasa melihat penis hitam dan
dilecehkan seperti itu, namun Ayu Ting Ting baru
pernah berurusan dengan penis tua yang bulu-
bulunya sudah mulai beruban seperti yang satu
ini sehingga ada rasa enggan untuk mengoralnya.
Ayu Ting Ting sadar bahwa itu adalah keharusan
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, maka dengan
terpaksa dia mulai menggenggam penis itu,
terasa denyutan benda itu dalam genggamannya.
Tanpa menunggu perintah lagi dia mendekatkan
wajahnya pada penis yang menodong wajahnya
itu. Lidahnya bergerak menyapu bagian
kepalanya yang bersunat. Pak Gito mengerang
parau merasakan jilatan lidah gadis itu pada ujung
penisnya, tubuhnya bergetar sambil meremas
rambut gadis itu. Seumur hidupnya baru pernah
pria tua itu merasakan yang namanya oral seks,
istrinya selalu menolak untuk melakukan hal itu,
sehingga kehidupan seksnya terasa hambar
selama puluhan tahun menikah. Oral seks
pertama dengan gadis secantik nona majikannya
ini memberinya sensasi luar biasa, rasanya
seperti kembali muda lagi sehingga dia melenguh
tak karuan. Penisnya kini sudah masuk ke mulut
gadis itu, dia merasakan lidahnya menggelikitik
penisnya juga sensasi hangat dari air liurnya.
“Uhhh…enak banget Non, terus gituin yah…
eeemm…jangan dilepas yah !” erangnya sambil
memegangi kepala gadis itu.
Ayu Ting Ting melancarkan teknik-teknik
mengoralnya, semakin hari dia semakin terbiasa
diperlakukan demikian di kampus, terutama yang
paling sering dengan Imron, sesekali dengan Pak
Dahlan si dosen bejat itu atau pernah juga dengan
Pak Kahar, si satpam kampus yang tak bermoral.
Dia memaju-mundurkan kepalanya sambil
mengulum penis itu, tangannya juga ikut bekerja
mengocok batangnya atau memijat buah
pelirnya. Pria setengah baya itu merasa semakin
keenakan sehingga tanpa sadar ia menggerak-
gerakkan pinggulnya sehingga penisnya
menyodoki mulut Ayu Ting Ting seolah
menyetubuhinya. Kini Ayu Ting Ting berhenti
memaju-mundurkan kepalanya dan hanya
pasrah membiarkan mulutnya disenggamai
tukang kebunnya itu, kepalanya dipegangi
sehingga tidak bisa melepaskan diri. Kurang lebih
sepuluh menitan akhirnya Pak Gito mencapai
puncak, dia mengerang tak karuan dan
menggerakkan pinggulnya lebih cepat sehingga
membuat Ayu Ting Ting agak kelabakan. Diiringi
erangan keras, keluarlah spermanya di mulut Ayu
Ting Ting. Walaupun jijik karena aromanya yang
cukup tajam, Ayu Ting Ting bisa juga menelan
habis cairan itu tanpa menetes keluar dari
mulutnya. Memang menghisap merupakan salah
satu kelebihannya dalam hubungan seks. Frans,
pacarnya, juga sangat suka penisnya dioral
olehnya, terkadang kalau sudah mau orgasme dia
minta padanya untuk dioral agar bisa keluar di
mulut dan merasakan hisapannya yang dahsyat
itu. Setelah semprotannya berhenti, dijilatinya
juga sisanya yang blepotan pada batang itu
hingga bersih.“Udah Pak…cukup sampai sini, sekarang keluar !”
Ayu Ting Ting berdiri dan menyuruhnya keluar.
“Alah Non…masa sih segitu aja ? ayo dong biar
Bapak muasin Non !” Pak Gito mendekap tubuh
Ayu Ting Ting dan tangannya bergerak ke bawah
meremas pantatnya.
Ayu Ting Ting meronta dan mendorong tubuh
pria tua itu hingga dia terhuyung ke belakang
hampir terjatuh.
“Udah dong Pak, saya bilang jangan sekarang,
kenapa sih !?” kata Ayu Ting Ting setengah
menghardik.
Pak Gito hanya tersenyum kecil sambil menaikkan
kembali celananya.
“Ya udah ga apa-apa deh…dasar lonte…awas ya
nanti !” dia lalu membalikkan badan dan keluar
dari kamar.
Akhirnya Ayu Ting Ting berhasil juga menolak
pria itu, tapi dia agak takut juga mendengar
perkataan terakhir Pak Gito yang bernada
mengancam itu. Ya sudahlah paling-paling
digarap habis-habisan lagi dan disuruh tidur
bareng dengan si tua brengsek itu, toh yang
seperti itu bisa dibilang sudah menjadi hal biasa
sejak dirinya menjadi budak seks. Sekarang ini dia
sedang tidak mood melakukan hal itu. Dia pun
berbaring di ranjang empuk itu sambil
mendengarkan musik yang mengalun dari cd-
player. Matanya terpejam hingga tanpa terasa dia
tertidur lagi.
Sekitar jam setengah empat, Ayu Ting Ting
terbangun dari tidurnya karena ada suara ketukan
di pintu beserta suara Pak Gito memintanya
membuka pintu.
“Huh, tua bangka itu lagi, dasar ga tau diri”
omelnya.
“Ngapain lagi sih Pak, jangan kelewatan dong !”
katanya dengan judes begitu nongol di depan
pintu.
“Wes…wes…jangan marah-marah melulu dong
Non, Bapak bukan mau ganggu Non, itu ada
orang dari pabrik dateng katanya mau ambil
barang titipan tuan !” kata Pak Gito kalem.
Ayu Ting Ting baru ingat memang sebelum pergi
papanya pernah menitipkan dokumen kerja dan
sebuah CD yang dibungkus dalam amplop besar
berwarna coklat. Dia pun langsung menuju ke
ruang kerja papanya setelah sebelumnya
menutup pintu kamar dengan setengah dibanting
di depan tukang kebunnya itu. Diambilnya
amplop coklat yang dimaksud itu dari lemari
meja papanya dan dibawanya ke ruang tengah
dimana orang suruhan papanya itu menunggu.
Di sofa ruang tengah telah menunggu dua orang
pria yaitu Pak Irfan, salah satu staff papanya,
seorang yang berpostur pendek berusia 40-an,
dan satunya adalah sopir pabriknya yang
bernama Jabir, seorang pria berkumis tebal dan
tubuhnya padat berisi serta kulitnya hitam kasar
karena sering terbiasa bekerja di bawah sinar
matahari.
“Sore Non Ayu Ting Ting” sapa Pak Irfan ramah,
Jabir juga tersenyum menyapanya.
“Sore Pak” Ayu Ting Ting balas menyapa dan
tersenyum kecil “Ini Pak , titipan dari papa, bener
kan?”
“Ah…iya Non bener ini, makasih yah !” kata Pak
Irfan seraya menerima amplop itu.
“Ada apa lagi Pak yang bisa saya bantu ?” tanya
Ayu Ting Ting melihat mereka yang belum
beranjak pergi.
Kedua pria itu terdiam sejenak saling pandang
satu sama lain, lalu Pak Irfan berkata,
“Mmm…anu Non sekalian itu…THR nya ?”
“THR ? Kok mintanya ke saya, kan yang ngurus
bagian pabrik ?” Ayu Ting Ting agak heran.
“Itu Non, THR spesialnya…kan Pak Gito juga
dikasih, masa kita nggak ?” sambung Jabir si sopir
pabrik.
Deg…Ayu Ting Ting terperanjat mendengar
perkataan Jabir itu, apalagi ekpresi mereka mulai
berubah menyeringai mesum begitu melihat
reaksinya.
“Brengsek…tua bangka mulut ember, keterlaluan
banget sih !” makinya dalam hati.
“Nnngg….ma-maksudnya apa sih Pak ?”
tanyanya gugup pura-pura tidak tahu apa-apa.
“Alah Non pura-pura bego aja” kata Pak Irfan
sambil menggeser duduknya mendekati Ayu
Ting Ting, “THR dari Non, ini loh” katanya
memegang paha gadis itu.
“Eeii…jangan kurang ajar yah !” bentak Ayu Ting
Ting mendorong pria itu.
Tanpa diduga, Jabir telah berada di sebelahnya
dan mendekap tubuhnya setelah dia mendorong
Pak Irfan.
“Apa-apaan nih, lepasin saya, tolong…tolong…!!”
jeritnya sambil meronta.
“Hus jangan teriak Non, ntar semua orang tau
mau taro dimana mukanya…kan kasian juga
bapak Non, di pabrik dibilang apa ntar kalau
anaknya ada main sama tukang kebun hehehe !”
kata Pak Irfan sambil tertawa-tawa.
“Iya Non, lagian kan udah mau hari raya, boleh
dong sekali-sekali nyenengin kita-kita yang udah
kerja buat keluarga Non” timpal Jabir
“Hehe…gimana Non, kata Nurdin dulu Non suka
keroyokan makannya Bapak ajak mereka
ngerasain Non, dijamin Non puas deh” kata Pak
Gito yang sudah berdiri di belakang sofa.
Ayu Ting Ting sadar bahwa kini dirinya benar-
benar terjebak, tidak ada pilihan lain lagi selain
menuruti kemauan bejat mereka. Dipandangnya
tiga wajah mesum yang mengelilinginya dengan
kesal, terutama Pak Irfan, bawahan papanya yang
telah dikenalnya sejak masih kecil itu tega-teganya
berbuat demikian terhadapnya, ternyata dia tidak
berbeda dengan pria-pria lain yang pernah
memperkosanya, bermoral bejat. Tangan pria itu
kini memegangi pergelangan kakinya dan tangan
lainnya mengelusi betis hingga pahanya yang
ramping dan mulus itu sehingga darahnya mulai
berdesir. Demikian pula Pak Gito dan Si Jabir yang
mendekapnya juga mulai menggerayangi tubuh
bagian atas payudaranya dari luar sehingga
membuatnya menggeliat-geliat. Jantungnya
berdetak dengan kencang, adakah yang lebih
buruk daripada melayani ketiga binatang
berwajah manusia ini, demikian katanya dalam
hati.
“Ga kerasa Non udah dewasa yah, udah tambah
cantik, tambah nafsuin” kata Pak Irfan sambil
melepas celana pendek Ayu Ting Ting.
Jabir mengikuti tindakan Pak Irfan dengan
melepas kaos gadis itu. Maka kini tubuh Ayu Ting
Ting yang putih mulus itu hanya tinggal memakai
bra berenda dan celana dalam yang keduanya
berwarna putih, bulu kemaluannya nampak
terlihat melalui celana dalamnya yang semi
transparan. Mata ketiganya terbelakak melihat
kemolekan tubuhnya, nampak jakun mereka
bergerak naik-turun dan pandangan mata mereka
demikian bernafsu seperti srigala lapar.
“Akhirnya bisa juga ngeliat bodynya Non Ayu
Ting Ting, tiap kali saya konak banget kalau liat
Non pake baju seksi ke pabrik” kata Jabir.
“Misi yah Non, bapak mau nyusu dulu” Pak Gito
yang sudah berpindah tempat berjongkok di
depan sofa meminta ijin seraya menyingkap cup
bra sebelah kanannya.
Tanpa ba-bi-bu lagi pria setengah baya itu
langsung melumat payudara kanannya.
“Sshhh !” desis Ayu Ting Ting merasakan
payudaranya dikenyoti.
Terasa sekali lidah bagian atas pria itu
menggesek-gesek putingnya seperti mengamplas
sehingga benda itu makin menegang tanpa bisa
tertahan. Jabir yang dibelakangnya juga
merangsangnya dengan ciuman dan jilatan pada
leher dan telinganya, telapak tangannya yang
besar itu menyusup masuk ke cup bra kirinya
menyentuh kulitnya yang halus, segera jari-
jarinya memilin-milin putingnya setelah
menemukannya. Sementara itu, Pak Irfan di
bawah sana sedang memegangi kaki kanannya
agar tetap terbentang sambil tangan satunya
memainkan jari-jarinya mengosok-gosok
kemaluannya dari luar celana dalam.Senyum pria itu makin lebar seiring dengan
bercak cairan pada celana dalamnya yang makin
lebar.
“Enak kan Non, sampe banjir gini” kata Pak Irfan
yang semakin gencar menggerayangi
selangkangannya.
Diserbu dari berbagai arah pada bagian
sensitifnya seperti itu membuat birahi Ayu Ting
Ting mau tidak mau menggeliat bangkit. Dia
pasrah saja membiarkan ketiga pria itu menjarah
tubuhnya. Jabir melumat bibir gadis itu ketika
kepalanya mendongak karena terangsang. Mata
Ayu Ting Ting membelakak ketika pertama kali
bibir tebal pria itu menempel ke bibirnya namun
beberapa detik saja matanya kembali terpejam
menikmati percumbuan. Kumis tebal Jabir
bergesekan dengan daerah sekitar mulut Ayu
Ting Ting, namun dia mengabaikannya dan terus
menyambut ciuman si sopir pabrik itu, nampak
lidah keduanya saling beradu dan saling jilat.
Sambil bercumbu, tangan pria itu terus saja
meremas-remas payudara kirinya. Pak Gito yang
berjongok di sebelahnya bukan saja melumat
payudaranya, mulutnya terkadang menelusuri
bagian tubuh yang lain yang masih lowong
meninggalkan jejak air liur, tangannya pun turut
menjamah-jamah disana-sini. Pak Irfan
mendekatkan wajahnya pada selangkangan Ayu
Ting Ting lalu menjulurkan lidah menjilati bagian
celana dalam yang basah itu sehingga tubuh
gadis itu menggeliat. Sungguh ketiga pria ini
pikirannya telah buta oleh hawa nafsu. Tuhan
diatas sana pasti telah menghapus semua ibadah
puasa mereka yang telah dijalankan selama
sebulan dan hampir mencapai tahap akhir itu.
Pak Irfan menarik lepas celana dalam Ayu Ting
Ting yang bagian tengahnya sudah basah.
Matanya langsung nanar melihat kemaluannya
yang berbulu lebat dan sudah becek itu. Sebelum
melanjutkan mereka membaringkan tubuh gadis
itu di atas meja ruang tamu dari bahan kayu
berukir dekat mereka. Pak Gito menyingkirkan
barang-barang diatasnya, Jabir melucuti branya
sehingga kini tubuh Ayu Ting Ting yang sudah
telanjang bulat itu ditelentangkan di atas meja
dengan kedua kaki menjuntai ke bawah.
Ketiganya menatapi tubuh telanjang itu dengan
pandangan penuh birahi. Pak Irfan nampaknya
tidak sabar lagi untuk segera menikmati, dia
segera berlutut di antara paha Ayu Ting Ting dan
menaikkan kedua pahanya ke bahu lalu
membenamkan wajahnya di selangkangan gadis
itu.
“Oohhh…!!” desah Ayu Ting Ting sambil
menggeliat ketika lidah pria itu menyentuh bibir
vaginanya dan menyeruak masuk seperti ular.
Lidah itu menari-nari dan menjilati vaginanya, dia
merasakan suatu perasaan yang sulit dilukiskan
saat lidah pria itu menyentuh klitorisnya sehingga
dia hanya bisa mendesah lebih panjang dan
tubuhnya menggelinjang. Pak Gito dan Jabir
masing-masing berdiri di kanan dan kiri
kepalanya, mereka membuka celananya masing-
masing. Betapa terpananya Ayu Ting Ting melihat
penis Jabir yang demikian besar dan berurat itu,
ada mungkin ukurannya 20 cm. Dia merasakan
penis itu bergetar di tangannya ketika digenggam.
“Sepong Non, Pak Gito bilang Non nyepongnya
enak !” perintah Jabir.
Walau kata-kata tidak senonoh itu terasa panas di
kupingnya, namun dimasukkan juga benda itu ke
mulutnya. Dia membuka mulut selebar-lebarnya
untuk memasukkannya.
Ayu Ting Ting mengoral penis Jabir sambil
tangan satunya mengocoki penis Pak Gito. Kedua
pria itu melenguh sambil merem-merem
menikmati ‘adik’nya dilayani oleh gadis itu.
Rangsangan-rangsangan akibat jilatan Pak Irfan
pada vaginanya menyebabkan libidonya
meninggi sehingga semakin baik pula
pelayanannya pada dua penis itu. Tak lama
kemudian Pak Irfan merasa puas menjilati vagina
Ayu Ting Ting.Ketika dia bersiap hendak
menyetubuhi putri atasannya itu, tiba-tiba si Jabir
menyela,
“Eh…tunggu-tunggu, jangan disodok dulu, gua
mau nyicipin bentar mem*knya, pengen tau
rasanya mem*k cewek cantik !”
“Sabar dong, semua dapet giliran kok, gua udah
ga tahan nih !” kata Pak Irfan.
“Ayolah bentar aja, ntar kalau lu tusuk keburu bau
kont*l, gua jadi ga selera” pinta Jabir sekali lagi.
Mereka bertiga tertawa-tawa mendengarnya,
akhirnya Pak Irfan mengalah sedikit dan
membiarkan Jabir menjilati vagina Ayu Ting Ting.
“Ya udah, sana nyepong, jangan lama-lama, abis
ini gua nusuk duluan yah !” kata Pak Irfan sambil
membuka celananya dan berdiri di sebelah Ayu
Ting Ting.
Maka mulailah si kumis itu menjilati vaginanya,
bukan hanya lidahnya yang bermain, jarinya pun
turut menusuk-nusuk sehingga tubuh Ayu Ting
Ting dibuatnya makin menggelinjang. Di saat
yang sama Ayu Ting Ting kini melayani penis Pak
Irfan dan Pak Gito, tukang kebunnya.
Kedua tangan Ayu Ting Ting menggenggam
penis itu, mengocok dan mengoralnya secara
bergantian. Karena keenakan, Pak Irfan
memegangi kepala Ayu Ting Ting ketika diemut
penisnya, tidak rela kehilangan kuluman nikmat
itu.
“Hehehe…bener kan kata saya, situ sampe
ketagihan sepongan si Non ?” kata Pak Gito
terkekeh melihat tingkah Pak Irfan.
“Iya toh…enak tenan bener sepongan Non…
emmm…hati-hati Non, jangan kena gigi !” ucap
Pak Irfan sambil merem-melek keenakan.
Dengan birahinya yang semakin naik, Ayu Ting
Ting pun mulai menikmati diperlakukan demikian,
tidak nampak dirinya meronta seperti orang
diperkosa ataupun menangis seperti dulu waktu
pertama kali di kampus dulu, baginya yang
seperti ini sudah biasa. Tiba-tiba tubuh Ayu Ting
Ting menggelinjang, dari mulutnya yang dijejali
penis Pak Irfan terdengar erangan tertahan.
Rupanya dia telah mencapai orgasme akibat
jilatan dan permainan jari Jabir pada vaginanya.
Nampaknya Pak Irfan cukup pengertian dengan
kondisinya dia melepaskan sejenak penisnya dari
mulut gadis itu. Ketiga pria itu kelihatan senang
melihat reaksinya saat mencapai orgasme itu. Si
Jabir dengan rakusnya melahap cairan orgasme
yang membanjir dari vagina gadis itu.
“Ssrrpp…slurp….wuih, uenak banget pejunya si
Non ini slluurpp !” komentarnya sambil mengisapi
vagina Ayu Ting Ting.
Kedua paha mulus Ayu Ting Ting mengapit
wajah pria itu karena tubuhnya yang menegang
dan merasa geli karena oral seks si kumis itu.
Setelah beberapa saat akhirnya gelombang
orgasme itu reda, namun Jabir masih terus
mengisapi vaginanya hingga cairan orgasmenya
habis dilahap.
Ayu Ting Ting terbaring bugil di meja itu dengan
nafas terputus-putus setelah mencapai klimaks
barusan. Kedua buah dadanya nampak naik-
turun seirama nafasnya. Matanya melihat
sekelilingnya dimana ketiga lelaki itu manatapnya
dengan mata nanar. Mereka membuka
pakaiannya masing-masing hingga bugil. Dia
melihat tubuh si Jabir begitu padat dan berotot
dan dadanya ditumbuhi sedikit bulu.
“Gila…mampus dah gua !” keluhnya dalam hati
membayangkan dirinya akan habis ‘dibantai’
ketiga orang itu.
Sesuai perjanjian, Pak Irfan menagih giliran
pertamanya untuk menyetubuhi Ayu Ting Ting.
Dia langsung mengambil posisi diantara kedua
paha gadis itu dan mengarahkan penisnya.
“Uhhh…nikmat, seret, becek banget !” erangnya
sambil menekan pelan-pelan penisnya memasuki
liang senggama gadis itu.
Dengan cairan orgasme yang berfungsi sebagai
pelumas, penis Pak Irfan melesak masuk dengan
lancar, ukurannya juga termasuk sedang
sehingga tidak terlalu sulit dalam melakukan
penetrasi.
“Enak Pak ?” tanya Jabir setelah atasannya itu
berhasil menancapkan seluruh penisnya pada
vagina nona majikan mereka.
“Yo jelas toh, mana Non nya ayu gini lagi, uuhh
bini gua aja kalah dah !” komentarnya.
“Dasar bajingan, istri sendiri diomongin gitu”
omel Ayu Ting Ting dalam hati.
Tak lama kemudian Pak Irfan mulai
menggoyangkan pinggulnya memompa gadis
itu.
“Oohhh…oohh !” desah Ayu Ting Ting merasakan
sodokan pria itu.
Jabir kini berjongkok di sebelahnya, lidahnya
menjilati payudaranya dan tangannya bergerilya
menjamah-jamah bagian tubuh lainnya.
Sementara itu Pak Gito mendekatkan penisnya ke
wajahnya. Tahu apa yang harus dilakukan, Ayu
Ting Ting meraih batang itu dan menjilatinya.
“Uuuhh…enak…enak…seret banget !” ceracau Pak
Irfan sambil menggenjot Ayu Ting Ting.
Pria itu memaju-mundurkan pinggulnya sambil
tangannya memegangi pergelangan kaki gadis
itu. Suara cek…cek…cek…terdengar dari
selangakangan mereka yang saling
bertumbukkan. Ayu Ting Ting sendiri sedang
terlarut menikmati penis Pak Gito, penis itu dia
jilati, sesekali digosokkan ke wajahnya yang
mulus, buah zakarnya dia pijati sehingga pria
setengah baya itu mengerang keenakan. , kalau
saja jantungnya tidak kuat mungkin saat itu dia
sudah kena serangan jantung saking berdebar-
debarnya. Si Jabir juga masih asyik bermain
dengan payudara Ayu Ting Ting, wangi tubuh
gadis itu membuatnya semakin bernafsu
menjilatinya, air liur dan bekas cupangan
memerah pun menghiasi kulitnya yang putih,
terutama di daerah payudara. Kumis si Jabir yang
tebal itu terasa sangat menggelitik tubuhnya dan
memberinya sensasi plus di samping cupangan-
cupangannya. Sungguh nampak kontras sekali
adegan seks di ruang tengah itu, seorang gadis
berparas cantik, berkulit putih mulus sedang
digauli tiga orang pria bertampang minus berkulit
gelap kasar, juga berbeda status dan rasnya. Ayu
Ting Ting pun tidak bisa memungkiri bahwa seks
liar seperti ini memberinya kepuasan lebih
daripada melakukannya dengan pacarnya.
“Uuhh…uhh…mau keluar Non…bapak buang di
dalem ya !!” erang Pak Irfan sambil mempercepat
sodokannya karena sudah mau mencapai
puncak.
Ayu Ting Ting tidak peduli lagi apapun yang
dikatakan padanya, dia sedang mengulum penis
Pak Gito ketika itu. Lagipula kalaupun ia menolak
buang di dalam apakah Pak Irfan
mendengarkannya. Pak Irfan memutar-mutar
penisnya dalam vagina Ayu Ting Ting seperti
gerakan mengaduk adonan., lalu dia menekannya
dalam-dalam. Ayu Ting Ting merasakan cairan
hangat menyemprot di dalam vaginanya, banyak
sekali sampai cairan itu meluber keluar dan
semakin membasahi selangakangannya.
Genjotan Pak Irfan makin melemah hingga
akhirnya berhenti dan penisnya terlepas dari
vaginanya.
“Wuihh…puas banget main sama si Non ini !”
katanya dengan nafas ngos-ngosan.
“Payah, cuma segitu aja” kata Ayu Ting Ting
dalam hati karena masih belum puas, “Oh my
God, apa yang gua pikir barusan ?” ia baru
menyadari pikiran tadi terlintas begitu saja di
benaknya akibat birahi yang semakin naik
sehingga akal sehatnya semakin hilang.
“Gua…gua sekarang !” sahut Jabir yang sudah tak
sabar menikmati kehangatan tubuh Ayu Ting
Ting, “tapi jangan disini dong, tempatnya sempit,
kita bawa ke kamarnya aja gimana, boleh yah
Non, main di kamar Non aja, OK ?”
Ayu Ting Ting hanya mengangguk lemah saja
sebagai jawabannya. Maka mereka pun segera
membawanya ke kamarnya. Jabir menggendong
tubuh telanjang Ayu Ting Ting dengan kedua
lengan kekarnya sambil berjalan mengikuti Pak
Gito yang menuntun mereka ke kamar gadis itu.
“Wah asyik yah kamarnya enak, ber-AC lagi !”
komentar Pak Irfan begitu memasukinya.
“Main sama cewek cakep emang enaknya di
tempat yang enak gini” timpal Jabir sambil
menurunkan Ayu Ting Ting di ranjanganya.
Jabir langsung menyuruhnya nungging karena
dia ingin melakukannya dengan gaya doggie. Ayu
Ting Ting yang masih belum puas dan masih
ingin disetubuhi menurut tanpa diperintah dua
kali.
“Eenggh !” desahnya saat Jabir memenekankan
kepala penisnya pada vaginanya, “jangan kasar-
kasar dong Bang, sakit !”
“Sori Non, abis nafsu sih hehehe !” tawanya,
sepertinya dia cukup menurut sehingga
memperlembut proses penetrasi itu.
Ayu Ting Ting mengerang dengan wajah
meringis dan sesekali menggigit bibir karena
penis Jabir yang besar dan berurat itu terasa
sesak di vaginanya. Tangannya terkepal erat
sambil meremasi sprei di bawahnya. Sedikit demi
sedikit akhirnya penis hitam besar itu masuk juga
seluruhnya ke dalam liang vagina Ayu Ting Ting.
“Wuih, sempit banget nih mem*k Non, baru
pernah loh saya ngerasain yang gini !” komentar
si kumis itu setelah berhasil menancapkan
penisnya.
Beberapa saat kemudian mulailah dia
menggerakkan pinggulnya menggenjot gadis itu.
“Aahh…ahhh…iyahh…aahh…enak !” Ayu Ting Ting
mendesah dan tanpa sadar kata-kata itu terlontar
begitu saja dari mulutnya.
Jabir yang mengetahui Ayu Ting Ting sudah
terangsang berat itu semakin bernafsu, frekuensi
genjotannya semakin kencang, tangannya juga
meremasi pantat dan payudara gadis itu.
“Ternyata Non ini bener-bener lonte yah, awalnya
nolak sekarang malah keenakan hehehe !” ejek
Pak Gito sambil meremas sebuah payudaranya.
Ayu Ting Ting tidak menghiraukan hinaan itu
karena bukan hal baru baginya, malah kata-kata
merendahkan itu membuatnya makin bergairah.
Dia turut memacu tubuhnya bersama Jabir,
seolah ingin penis itu menusuk lebih dalam lagi.
Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain saat
melihat bingkai foto di bufet sebelah ranjangnya
yang berisi foto studionya bersama Frans,
pacarnya. Dalam foto itu keduanya tampak serasi
dan mesra sekali, karena itulah ia tidak sanggup
menatapinya lama-lama karena keadaannya
sekarang sangat bertentangan dari di foto itu, ia
malah menikmati hubungan terlarang dengan
orang-orang yang tidak seharusnya seperti ini,
sungguh suatu dilema baginya, dia masih
mencintai Frans, namun dia juga telah
terperangkap dan diperbudak oleh hasrat liarnya
yang semakin tak terkendali sejak hasrat itu
dilepaskan keluar oleh Imron. Pak Gito kini
mengangkat tubuh Ayu Ting Ting hingga
posisinya kini berlutut sambil tetap disetubuhi
Jabir dari belakang, ia memeluk tubuh kerempeng
tukang kebunnya itu sebagai tempat bertumpu.
Erangannya teredam setelah pria itu melumat
bibirnya, dia menciuminya dengan ganas sambil
menggerayangi payudaranya. Pak Irfan lalu
bergabung dengan mereka, ia memegang
payudara Ayu Ting Ting yang satunya dan
menciuminya, tangannya menggerayangi bagian
tubuh sensitif lainnya. Setelah Pak Gito
melepaskan ciumannya, ia masih harus beradu
lidah dengan Pak Irfan yang menggantikannya.
“Oohh…gila, ini sinting…tapi…tapi nikmat sekali !”
Ayu Ting Ting mengalami pergumulan hebat
dalam hatinya.
Sekitar setengah jam kemudian, Ayu Ting Ting
mendesah makin keras, dia merasa tubuhnya
mengejang hebat dan dari vaginanya ingin
mengeluarkan sesuatu yang makin tak
tertahankan.
“Aakkhh….aahhh…oohhh !” Ayu Ting Ting
mendesah panjang sekali, ia mengalami orgasme
panjang yang membawanya pada puncak
kenikmatan tertinggi.
Dia memeluk erat-erat tubuh Pak Irfan yang saat
itu sedang menjilati lehernya. Punggung pria itu
sempat tergores sedikit oleh kukunya. Setelah
orgasmenya reda, mereka membaringkan
tubuhnya di ranjang, keringat sudah nampak
membasahi tubuhnya. Jabir yang baru melepas
penisnya buru-buru menaiki wajah Ayu Ting
Ting, tangannya menarik kepala gadis itu
sementara tangan lainnya memegang penisnya.
“Buka mulut Non, saya mau keluar di mulut
Non !” suruhnya terbata-bata.
Jabir tidak bisa menahan spermanya lebih lama
lagi, baru saja Ayu Ting Ting membuka mulut
dan kepala penisnya menyentuh bibir gadis itu,
dia sudah ejakulasi. Cairan spermanya yang
kental itu sebagian masuk ke mulut Ayu Ting Ting
dan sebagian berceceran membasahi mulut gadis
itu. Jabir menjejali benda itu ke mulut Ayu Ting
Ting tak peduli walau dia kelabakan menerima
penisnya yang besar dan memuncratkan sperma
dengan deras. Ayu Ting Ting meronta karena
merasa tersiksa, namun tangan Jabir terlalu kokoh
menahan kepalanya. Terpaksa dia harus berusaha
menelan sperma yang menyemprot di dalam
mulutnya sampai semprotannya berhenti dan
batang itu menyusut dalam mulutnya.
Ayu Ting Ting merasa lelah sekali tubuhnya
basah oleh keringat dan sisa air liur, cipratan
sperma nampak pada hidung, dagu, dan
terutama daerah mulutnya. Jabir mencolek
cipratan spermanya pada hidung Ayu Ting Ting
lalu di tempelkan ke bibirnya.
“Nih Non, sayang kalau mubazir, Non kan demen
negak peju” katanya disambut tawa kedua pria
lainnya.
Ayu Ting Ting pasrah saja membuka sedikit
mulutnya membiarkan jari itu masuk lalu
diemutnya pelan. Ketiga pria itu cengengesan
memandangi dirinya yang telah terkulai lemas,
komentar-komentar jorok keluar dari mulut
mereka.
“Sudah demikian hinakah gua ?” Ayu Ting Ting
bertanya pada dirinya sendiri dalam hati, dalam
rasa terhina itu dia juga menikmati menjadi budak
seks, sungguh dilema yang rumit.
Pak Gito memberinya tisu dan air minum untuk
menyegarkan diri, setelah mengelap cipratan
sperma di wajahnya, dia langsung menyambar
gelas itu dan meminum isinya hingga habis.
“Bisa kita mulai lagi Non ?” tanya Pak Gito.
“Jangan terlalu kasar dong, saya udah capek”
jawabnya lemas.
“Ngga, kali ini santai aja, ayo dong Non…naik
sini !” perintah Pak Gito yang berbaring telentang
sambil menunjuk pada penisnya.
Ayu Ting Ting pun naik ke tubuh tukang
kebunnya itu. Penis yang mengacung itu
digenggamnya dan diarahkan ke vaginanya.
Kemudian ia menurunkan tubuhnya perlahan-
lahan.
“Ahhh….!” desahnya merasakan penis itu mengisi
vaginanya.
Sebentar saja Ayu Ting Ting sudah menaik
turunkan tubuhnya, kedua telapak tangannya
saling genggam dengan Pak Gito. Pak Irfan berdiri
di ranjang dan mendekatkan penisnya ke wajah
gadis itu. Tahu apa yang akan diminta pria itu,
sebelum disuruh Ayu Ting Ting sudah
menggenggam batang itu dan membuka mulut.
Dia mengoral penis itu sambil memacu
tubuhnya. Payudaranya yang ikut bergoyang-
goyang itu membuat Jabir merasa gemas
sehingga dia mendekatinya dan mencaplok yang
sebelah kanan.
“Sakit Bang, jangan gigitnya jangan keras gitu
dong !” rintihnya karena merasa nyeri putingnya
digigit dengan keras oleh pria itu.
“Jangan nafsu gitu oi, ntar salah-salah kontol gua
kegigit gimana ?” kata Pak Irfan.
“Huehehe…sori abis bikin gemes sih, iya ane
pelanin deh nih !” lalu dia menyapukan lidahnya
pada puting itu.
Sapuan lidah itu membuatnya merasa lebih
nyaman dan memberinya rangsangan setelah
rasa nyeri barusan. Pak Gito pun menjulurkan
tangannya meremasi payudara gadis itu yang
sebelahnya, putingnya dia pilin-pilin sehingga
makin mengeras.
Setelah merasa cukup dioral oleh Ayu Ting Ting,
Pak Irfan siap menyetubuhinya kembali. Dia
menuju ke belakang dan membuka pantat gadis
itu.
“Bapak cobain disini yah Non, pasti lebih seret !”
pintanya.
“Tapi jangan kasar-kasar Pak” kata gadis itu.
Setidaknya Ayu Ting Ting merasa bersyukur
karena yang meminta anal seks Pak Irfan yang
ukuran penisnya sedang-sedang saja, kalau Jabir
yang minta pasti sakitnya akan terasa selama
beberapa hari. Setelah meludahi duburnya Pak
Irfan memulai proses penetrasinya.
“Sempit toh Pak ?” sahut Pak Gito dari bawah
tubuh Ayu Ting Ting melihat Ayu Ting Ting dan
pria itu merintih-rintih.
“Iya nih…uh sempit banget !” jawab Pak Irfan
sambil terus menekan-nekankan penisnya.
Semenit kemudian akhirnya Pak Irfan berhasil
memasukkan penisnya ke dubur Ayu Ting Ting,
dia mendiamkannya untuk beradaptasi dengan
jepitannya yang keras. Pak Gito menarik wajah
gadis itu mendekati wajahnya untuk berciuman.
Di tengah percumbuannya dengan Pak Gito, Ayu
Ting Ting merasakan penis di duburnya mulai
bergerak, Pak Gito pun mulai menggerakkan
pinggulnya lagi menusuk-nusuk vaginanya.
Posisinya kini sedang disandwitch oleh kedua
tukang kebunnya dan bawahan papanya.
Perbedaan warna kulit yang mencolok
membuatnya terlihat seperti daging bersih dijepit
dengan dua roti hangus.
Selain melakukan double penetration, tugas Ayu
Ting Ting bertambah ketika Jabir menjejalkan
penisnya ke dalam mulutnya. Posisi serangan tiga
arah itu bertahan sekitar sepuluh menit sebelum
Pak Gito dan Pak Irfan melepaskan penisnya
karena akan orgasme. Mereka menelentangkan
tubuhnya, dan berejakulasi di atasnya. Pak Irfan
menumpahkan spermanya di perut dan dadanya,
sedangkan Pak Gito di mulut. Jabir yang masih
belum puas berlutut diantara kedua paha Ayu
Ting Ting dan menyutubuhinya sampai sepuluh
menit berikutnya. Keduanya mencapai orgasme
secara berbarengan sperma Jabir muncrat di
dalam vaginanya dan Ayu Ting Ting sendiri
menggelinjang hebat. Dia harus mengakui bahwa
Jabir benar-benar perkasa dibandingkan dengan
Pak Irfan atau Pak Gito, bahkan dengan Frans,
pacarnya, mungkin keperkasaannya bisa
disejajarkan dengan Imron, si penjaga kampus
itu. Kamar itu hening selama beberapa menit,
yang terdengar hanya dengusan nafas kelelahan.
Langit di luar sudah menguning, jam telah
menunjukkan pukul 5.40. Pak Irfan akhirnya
turun dari ranjang dan masuk ke toilet di kamar
itu.
“Cabut yuk, udah sore lagi nih !” katanya pada
Jabir yang lalu menggerakkan tubuhnya untuk
bangkit.
“Udah ya Non, kita pulang dulu, makasih banget
THRnya, lain kali lagi yah hehehe…!” pamitnya
sambil meremas payudara Ayu Ting Ting.
“Go to hell lah…THR…THR !” omel Ayu Ting Ting
dalam hati.
Setelah mereka berpakaian Pak Gito
mengantarkan mereka keluar rumah dan
membukakan pagar.
Setelah itu Pak Gito masih terus mengerjai Ayu
Ting Ting mulai dari mandi bareng hingga
malamnya minta tidur bareng di kamarnya. Ayu
Ting Ting tidak punya pilihan lain selain
mengiyakannya. Hari-hari berikutnya pun setiap
kali ada kesempatan Pak Gito selalu meminta jatah
darinya. Ayu Ting Ting sendiri walaupun merasa
benci dan kesal juga diam-diam menikmatinya.
Hal itu tidak berlangsung terlalu lama karena dua
mingguan setelah kejadian itu, Pak Gito terjatuh
dari bangku tinggi ketika sedang mengairi
tanaman di pot gantung. Kepala belakangnya
membentur lantai cukup keras dan berdarah
sehingga harus dirawat di rumah sakit. Hari ketiga
di rumah sakit Ayu Ting Ting sengaja datang
membesuknya. Suasana kamar tempatnya
dirawat tidak ada siapa-siapa ketika itu, Ayu Ting
Ting masuk dan mengunci pintu. Ia menatap
tajam dengan pandangan penuh dendam pada
pria yang pernah melecehkan dan
merendahkannya itu yang kini tergolek tak
berdaya di ranjang pesakitan. Perlahan si sakit
membuka matannya dan dia mengembangkan
senyum melihat siapa yang di sebelahnya.
“He…he…Bapak tau Bapak gak bakal hidup lebih
lama lagi, tapi Bapak puas…soalnya udah
ngerasain kehangatan dari Non” katanya terputus-
putus.
Ayu Ting Ting tetap diam tak bersuara apapun
sejak tadi, lalu dia menundukkan badan dan
mendekatkan wajahnya ke wajah keriput pria itu.
Bibir mereka bertemu, membuka dan beradu
lidah seperti hari itu. Namun tiba-tiba Ayu Ting
Ting menarik wajahnya dengan cepat. Pak Gito
merasakan bantal di bawah kepalanya ditarik dan
tak sampai sedetik benda itu sudah berpindah
menutupi wajahnya. Ayu Ting Ting menekan
bantal itu keras-keras membekap wajah pria itu.
Tubuh tua itu meronta tapi tak lama sebelum
akhirnya diam tak bergerak. Setelahnya barulah
Ayu Ting Ting melepaskan bantal itu, mata pria
membuka dengan tatapan kosong, nafasnya
sudah tak terdengar lagi. Ayu Ting Ting menaruh
kembali bantal itu dibawah kepalanya.
“Salam buat iblis di neraka” katanya sambil
menutup mata pria itu.
Setelah menyisir rambutnya, iapun keluar dari
kamar itu dengan hati puas telah membalaskan
dendamnya. Keluarga Pak Gito di kampung
menerima santunan dari keluarga Ayu Ting Ting
dan mereka menerima dengan ikhlas
kematiannya yang mereka anggap sebagai
kecelakaan kerja itu. Itulah cerita seks ayu


Adult | GO HOME | Exit
1/22457
U-ON

inc Powered by Xtgem.com